Sejarah PPMKI


Lahir dari Semangat Melestarikan Mobil Kuno

Bicara hobi koleksi mobil kuno rasanya kurang pas kalau tidak menilik keberadaan Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia (PPMKI). Wadah bersifat nonkomersial ini lahir dari semangat melestarikan mobil kuno yang punya arti penting buat sejarah dan perkembangan teknologi.

PPMKI resmi berdiri pada 13 November 1979 dengan ketua pertama, Solihin G.P. Setelah terbentuk, beragam kegiatan segera digelar. Aktivitas perdana adalah Joy Tour ke pantai Carita dan Cimelati.
Pada 1980, PPMKI nekat mengadakan reli mobil kuno yang pertama dengan rute Jakarta - Semarang. Kenekatan ini sangat beralasan sebab pengurus waktu itu belum punya pengalaman atas even berkecepatan tinggi ini. Namun berkat peran jago-jago reli seperti Tinton Suprapto, Helmy Sungkar, Doly Sofary dan Doly Indra Nasution, ajang ini berhasil meluncur mulus. Sejak itu, reli mobil kuno menjadi agenda tetap PPMKI. Lingkupnya menjadi kalender even otomotif nasional.

Cikal bakal berdirinya klub sudah terlihat ketika pada November 1979 digelar pameran otomotif pertama di Balai Sidang Jakarta. Penyelenggaranya, IKIA Inc. Karena yang pertama, berbagai merek dan jenis pun tak mau ketinggalan. Mereka merasa rugi bila tak ikut serta di dalam ajang ini. Ketika itu juga dirasakan perlu untuk mengundang para pencinta mobil, karena itulah undangan ini diiklankan.

Ternyata kemunculan iklan tersebut, mendapat antusias yang tinggi dari para pengemar mobil tua. Setelah permohonan partisipasi diterima IKIA, jadilah mobil-mobil tua hadir dalam pameran ini. Ketika itu, terkumpul 10 unit mobil tua, termasuk sebuah Ford tahun 1918 menjadi peserta pameran.
Ada definisi mobil kuno yang dianut PPMKI, yaitu kendaraan beroda empat atau lebih, yang dibuat pada tahun 1965 atau sebelumnya, dan keaslian komponennya sesuai dengan ketentuan. Semua bagian harus 90% asli seperti bentuk bodi, mesin, gril, bemper depan-belakang, lampu-lampu, lis-lis, pelek, dashboard dan indikatornya, stir serta radiator.

Sampai saat ini PPMKI telah tersebar di berbagai daerah. Masing-masing cabang juga membentuk kepengurusan sendiri. Mereka bisa ditemui di DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sumatera Utara dan Sumatera Barat.

Namun seperti diakui Bambang, tak semua pengda tadi aktif berkegiatan. Itu sebabnya dalam masa kepengurusan saat ini lebih ditujukan pada pembenahan organisasi internal. Tak ketinggalan, inventarisasi mobil dan keanggotaan di seluruh Indonesia. ”Sampai sekarang, sudah tercatat 400 anggota yang mendaftar kembali,” kata Bambang.

Pastinya, aset yang dimiliki PPMKI tak main-main. Ini terbukti dengan koleksi 23 mobil eks Istana Kepresidenan RI pertama. Banyak di antara mobil-mobil tersebut yang mengalami dan mempunyai sejarah tiga zaman (Belanda, Jepang dan masa Kemerdekaan RI ).
Mobil yang paling tua dibuat pada tahun 1902 dan paling muda dibuat pada tahun 1965, tentu dengan mengikuti ketentuan definisi tadi, semua bagian harus 90% asli. Sejak 1988, PPMKI menerima keanggotaan mobil yang disebut ”Replika”, yaitu mobil buatan masa kini dengan model kuno atau klasi

Bila bergabung, kita bisa mendapat sejumlah keuntungan. Misalnya saja, kemudahan dalam pencarian suku cadang. PPMKI juga akan melakukan rekomendasi teknis untuk mobil kesayangannya. Ketika pengurus mengelar acara, para anggota bisa ikut dengan biaya khusus. Asyiknya lagi, bantuan teknis modifikasi ataupun teknis lainnya tanpa harus keluar ongkos.

Keanggotaan dalam PPMKI juga tak terlalu mengikat. Tiap anggotanya bebas untuk bergabung dengan klub otomotif lainnya. Yang penting, semangat kebersamaan harus terus dijunjung. ”Kami tak pernah membatasi gerak anggota. Saya sendiri termasuk anggota Morris Club dan Mercy Tiger Club,” bangga bapak berusia 55 tahun itu.

”Tapi saya masih punya obsesi lain, seperti kemudahan anggota untuk bisa kembali menjalankan mobil kunonya. Banyak anggota yang punya mobil, tapi surat-suratnya hilang. Jadi kasihan kan mobilnya cuma jadi pajangan saja,” tutur Bambang yang punya favorit Chevrolet Deluxe 1952. Untuk menggapainya, pengurus pusat PPMKI aktif melakukan lobi kepada pihak terkait, seperti kepolisian dan dispenda. (SH/bayu dwi mardana/gatot irawan)